Jakarta – Menyusul peningkatan jumlah kasus COVID-19 di Indonesia saat ini, Kementerian Kesehatan mengizinkan masyarakat menerima obat dosis ketiga atau kelima. Seberapa efektifkah insentif tambahan dalam mencegah masyarakat terpapar strain EG.5, yang saat ini diyakini menyebabkan gelombang COVID di Indonesia?

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) menjelaskan, merujuk data Kementerian Kesehatan RI, peningkatan COVID-19 di Indonesia saat ini dikendalikan oleh subvarian Omicron XBB1.5 yang juga menyebabkan peningkatan ‘ kondisi. . kasus di Eropa dan Amerika.

Bagaimana booster COVID-19 generasi ketiga dalam mencegah tipe EG.5

“Setiap vaksin atau mRNA yang seharusnya mengandung vaksin paling banyak, atau adenovirus yang dikenal dengan AstraZeneca, atau tidak berfungsi di Indonesia, tertunda 6 hingga 8 bulan,” kata Ketua PAPDI.

Sebuah kelompok yang bekerja untuk memvaksinasi orang dewasa, Dr. Sukamto Koesnoe

“Ada kekebalan alami yang hilang setelah tiga bulan terinfeksi. Tiga bulan (vaksin) hilang.” Kalaupun sakit, kalau sudah divaksin tetap harus divaksin,” imbuhnya.

Dr. Sukamto menjelaskan, vaksin COVID-19 tidak sepenuhnya mencegah risiko tertular virus Corona. Namun, seperti yang ditunjukkan oleh gelombang COVID-19 sebelumnya, suntikan booster kedua juga efektif dalam mengurangi risiko infeksi, rawat inap, dan kematian.

“Vaksinnya masih bekerja dengan baik. Mungkin berapa persentase (kinerja) yang sebenarnya menunggu perjalanan di masa depan. “Bagaimanapun, akan ada buktinya,” kata Dr. pungkas Sukamto.

 

Leave a Reply

Please sing in to post your comment or singup if you don't have account.