Penyakit Paru

Polusi udara Jakarta memicu kekhawatiran banyak pihak beberapa waktu terakhir. Tak sedikit warga mengeluh sesak saat beraktivitas di luar rumah saat polusi udara Jakarta sedang buruk-buruknya, sampai terlihat kabut di langit Jakarta.

Tak hanya memicu sesak saat warga beraktivitas di luar rumah, polusi udara juga bisa menyebabkan sejumlah penyakit lain. Menurut dokter spesialis paru dr Erlina Burhan, SpP(K), orang-orang dengan riwayat penyakit pernapasan seperti asma memiliki risiko yang lebih tinggi terkena gangguan pernapasan akibat paparan polusi udara Jakarta.

“Biasanya iritasi saluran napas, gampang infeksi, kemudian orang asma menjadi ter-trigger untuk ada serangan asma, PPOK juga, bahkan infeksi saluran napas lainnya menjadi bertambah,” terangnya saat ditemui detikcom di aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Salemba, Jakarta Pusat, Senin (31/7/2023).

“Jadi kalau udara buruk sekali, terpaksa kita harus keluar rumah, pakai masker. Tapi kalau nggak perlu keluar rumah ya sudah di rumah saja,” jelas dr Erlina lebih lanjut.

Lantas, apa saja penyakit yang bisa muncul akibat paparan polusi udara?

1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

Dalam kesempatan sebelumnya, dokter spesialis paru dr Erlang Samoedro, SpP, FISR, dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), menjelaskan bahwa polusi udara yang buruk dapat memicu gangguan kesehatan dalam jangka pendek maupun panjang. Pada jangka pendek, salah satu risiko efeknya yakni Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).

“Kalau efek jangka pendek meningkatkan risiko infeksi pernafasan akut seperti ISPA dan pneumonia. Terutama pada populasi rentan seperti anak bayi dan orang tua serta orang yang memiliki penyakit komorbid,” jelas dr Erlang pada detikcom beberapa waktu lalu.

2. Penyakit Kardiovaskular

Dalam jangka waktu panjang, dr Erlang menjelaskan, risiko penyakit yang mengintai imbas polusi udara dapat merembet ke penyakit lain. Di antaranya, yakni risiko penyakit jantung.

“Jangka panjang meningkatkan risiko terjadinya penyakit paru obstruktif kronik dan peningkatan risiko kanker serta penyakit kardiovaskular seperti jantung, stroke, dan lain-lain,” pungkas dr Erlang.

3. Kanker

Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) di bawah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan polusi udara luar ruangan sebagai karsinogen atau bahan pemicu kanker bagi manusia. Hal ini mengacu pada bukti yang cukup terkait karsinogenisitas pada manusia dan hewan percobaan, didukung dengan studi mekanistik.

Kemudian dikutip dari Healthline, kanker paru-paru bukan satu-satunya kanker yang terkait dengan polusi udara. Sebab menurut studi, paparan polusi udara juga dapat meningkatkan risiko penyakit kanker payudara, kanker saluran pencernaan (seperti lambung dan hati), hingga kanker laring (tenggorokan).

4. Gangguan kognitif dan mental

Polusi udara juga dapat mempengaruhi kesehatan otak. Bahkan sebuah studi menyebut, terdapat hubungan erat antara paparan polusi udara dengan risiko demensia.

Selain itu, sebuah studi pada 2023 yang dilakukan terhadap lebih dari 389.000 orang di Inggris menemukan bahwa paparan polusi dalam jangka waktu panjang dapat meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.

Apa Saja Gejala yang Perlu Diwaspadai?

dr Erlina menjelaskan, ada sejumlah gejala yang perlu diwaspadai masyarakat seiring kondisi udara Jakarta yang memburuk. Dijelaskannya, jika seseorang sudah mengalami gejala tersebut, sebaiknya langsung periksakan diri ke dokter.

“Batuk-batuk, kemudian kalau memang punya bakat asma kemudian ter-trigger oleh polusi ya itu akan ada serangannya. Asma biasanya selain batuk juga sesak napas,” bebernya.

“Harus segera ke rumah sakit, apalagi kalau serangannya cukup berat. Tapi banyak juga yang hanya batuk-pilek,” pungkas dr Erlina.

Leave a Reply

Please sing in to post your comment or singup if you don't have account.