Jakarta – Kementerian Kesehatan Indonesia telah melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko penyebaran wabah pneumonia yang “misterius”, penyakit yang saat ini menyebar di China dan Belanda.

“Kita hati-hati saat masuk ke Puskesmas pelabuhan, khususnya bagi penderita flu, baru kita edukasi. “Jadi kalau keadaannya memburuk segera ke puskesmas,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, Dr. kata Siti Nadia Tarmizi, saat ditemui di Jakarta, Selasa (28/11/2023). .

Selain pengenalan, Kementerian Kesehatan juga memantau produk pangan hidup serta gejala mirip flu dengan menggunakan sistem surveilans yang disebut influenza-like disease (ILI) dan penyakit pernapasan akut (SARI).

Sebab, pneumonia disebabkan oleh bakteri mikoplasma yang menimbulkan gejala mirip flu. Penelitian dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan primer (FKTP) seperti fasilitas kesehatan masyarakat.

Kemenkes Tingkatkan Kewaspadaan

“Harusnya begini: kalau ada yang kena penyakit, dia akan sembuh dengan sendirinya dan tidak perlu diobati sampai dia kuat. Makanya kita pakai SARI untuk periksa flu yang tiba-tiba bertambah parah atau parah. gejala.” kata Dr. ucap Nadia.

 

Dr. Nadia mengatakan, jika terdiagnosis penyakit tersebut, Dinas Kesehatan setempat akan mengambil sampel untuk dianalisis genetiknya guna mengetahui apakah penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri mikoplasma atau bakteri lain.

Selain itu, kewaspadaan terhadap obat juga digunakan. Dr. Nadia membenarkan, obat untuk mengatasi bakteri Mycoplasma ini tersedia di Indonesia.

“Saat ini kalau kita punya Mycoplasma, obatnya sudah tersedia di Indonesia, jadi tidak perlu (impor). “Itu bukan penyakit baru, jadi penting untuk memastikan apakah diagnosisnya mikoplasma atau bukan,” ujarnya.

Upaya penyadaran tersebut, kata Nadia, juga sejalan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ia juga mengimbau masyarakat untuk rutin mencuci tangan dengan air keran, menjaga kebersihan dan kebersihan diri (PHBS), serta memakai masker jika merasa tidak sehat.

Sebelumnya, selain Tiongkok, Belanda juga melaporkan peningkatan signifikan kasus pneumonia pada anak-anak. Institut Penelitian Layanan Kesehatan Belanda (NIVEL), sebuah lembaga penelitian di Utrecht, melaporkan bahwa 80 dari 100.000 anak berusia 5 hingga 14 tahun menderita pneumonia dalam seminggu terakhir.

Ini merupakan kasus pneumonia terbesar yang dicatat NIVEL dalam beberapa tahun terakhir. Pada puncak musim flu tahun 2022, ketika pneumonia sering terjadi, tercatat 60 kasus dari 100.000 anak pada generasi ini.

Baik NIVEL maupun Institut Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Nasional tidak dapat memberikan penjelasan mengenai peningkatan pneumonia.

Leave a Reply

Please sing in to post your comment or singup if you don't have account.