Jakarta – Menjelang pemilihan presiden, khususnya debat cawapres malam ini, banyak masyarakat yang memilih mengutarakan pandangan politiknya secara terbuka melalui media sosial. Dari analisa kelebihan dan kekurangan beberapa pasangan presiden-wakil presiden serta “diskusi” dengan netizen lain, semuanya berkutat di laman jejaring sosial tersebut.

Sebagai seorang psikiater Dr. Lahargo Kembaren, SpKJ, menjelaskan, “konflik” akibat perbedaan pandangan politik seringkali muncul dari sikap negatif atau keinginan untuk menambahkan dimensi emosional dalam diskusi politik.

Tidak mengherankan jika permasalahan psikologis pada pemilu presiden dan legislatif menimbulkan risiko tidak hanya bagi kandidat yang berhasil, tetapi juga bagi masyarakat, keluarga, dan pendukung kandidat.

“Masalah tidur, cemas, lalu panik, depresi, cemas bisa terjadi. Jadi terapi sederhana, obat pereda nyeri, atau obat penolong tidur atau psikoterapi agar bisa pulih. Share it, bermanfaat sekali. Namun ternyata bukan hanya para pemilih saja. Timnya berjalan dengan baik, keluarga, dan itu ada.

Untuk menghindari tekanan perdebatan politik dan media sosial, Dr. Lahargo merekomendasikan peningkatan akses terhadap jenis konten non-politik lainnya. Karena tentu saja topik yang terus-menerus dianalisis bisa menimbulkan rasa frustasi.

“Jangan terlalu mengekspos diri pada informasi pada satu hal. Jadi, jangan terlalu terbuka pada hal yang berbeda. Jangan khawatir tentang politik, perdebatan, pemilu, kami sedang belajar. “Coba cari topik lain, mungkin olahraga atau hobi,” kata Dr. ujar Lahargo.

Makanan” di media sosial

Dr. Lahargo melanjutkan, jika paparan berita politik atau perdebatan politik di media sosial menimbulkan ketidaknyamanan fisik atau mental, maka sebaiknya dilakukan “detoksifikasi” media sosial.

“Jika Anda merasa hal tersebut mengganggu kondisi mental Anda, seperti keluhan fisik, gangguan tidur, pola makan tidak sehat, segera ikuti sistem iklan ‘diet’ detoks,” kata dr. jelas Lahargo.

“Mulai membosankan, pertama memakan waktu lama. Luangkan satu atau dua hari untuk tidak terlalu banyak mengonsumsi informasi,” tutupnya seraya menambahkan bahwa aktivitas di media sosial bisa menggantikan aktivitas lain seperti olah raga, musik, atau hobi lainnya. .

Leave a Reply

Please sing in to post your comment or singup if you don't have account.