Jakarta – Di Prancis, seorang wanita pergi ke rumah sakit karena sakit perut. Namun siapa sangka, masalah yang dialaminya ternyata disebabkan oleh kehamilan ektopik.

Kehamilan ektopik mengacu pada apa yang terjadi ketika sel telur yang telah dibuahi menempel di tempat lain selain rahim, dan ini terjadi pada sekitar dua persen kehamilan.

Kehamilan ektopik biasanya terjadi di saluran tuba, yaitu saluran yang dilalui sel telur dari ovarium ke rahim. Namun, sekitar 1 persen kehamilan ektopik terjadi di rongga perut.

Kehamilan ektopik tidak dapat bertahan hingga cukup bulan, dan tidak dapat tertanam di dalam rahim. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa memicu pendarahan dan infeksi yang mengancam jiwa.

Wanita tersebut terlibat dalam kasus baru ini, dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada bulan Desember. 9 di New England Journal of Medicine, menderita sakit perut selama 10 hari sebelum mencari pertolongan medis di ruang gawat darurat. Setelah dokter memeriksanya, dia mengira dia sedang mengandung bayi.

Live Science melaporkan bahwa sebelum kehamilan baru ini, wanita tersebut telah melahirkan dua bayi cukup bulan dan mengalami keguguran. Pemeriksaan USG menunjukkan adanya pertumbuhan lapisan rahim yang biasanya terjadi pada masa menstruasi saat mempersiapkan kehamilan dan berlanjut selama kehamilan. Namun, tidak ada janin di dalam kandungan. Sebaliknya, janin telah tumbuh di dalam rahimnya selama 23 minggu, demikian kesimpulan dokter.

Pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) menunjukkan bahwa bayi tersebut “normal” dan menempel pada plasenta, sebuah organ yang kaya akan pembuluh darah yang memberi nutrisi pada janin yang sedang tumbuh dan sering kali mengeluarkan produk limbah dari plasenta. Plasenta menempel pada usus, tulang, dan punggung bawah wanita.

Karena apa yang penulis laporan gambarkan sebagai risiko tinggi pendarahan ibu dan kematian janin, wanita tersebut dipindahkan ke rumah sakit untuk mengevaluasi kehamilannya.

Enam minggu kemudian, dalam prosedur yang disebut laparotomi, ahli bedah membuka perut wanita tersebut dan melahirkan bayinya, yang segera dipindahkan ke unit perawatan intensif neonatal.

Bayi tersebut lahir prematur dan memerlukan perawatan di PICU. Sebagian plasenta dikeluarkan pada prosedur pertama ini dan sebagian lainnya dikeluarkan pada prosedur kedua. Dua puluh lima hari setelah melahirkan, wanita tersebut keluar dari rumah sakit dan sekitar sebulan kemudian, dia dapat membawa pulang anaknya.

Penulis laporan tersebut mengatakan bahwa saat itulah dia “mangkir”, sehingga dokter tidak mengetahui apa yang terjadi pada dia dan anaknya setelahnya.

Leave a Reply

Please sing in to post your comment or singup if you don't have account.